KERAMBA JARING APUNG SMART

KERAMBA JARING APUNG  SMART

1. Pengertian KJA SMART 

    KJA SMART merupakan sistem budidaya yang ramah lingkungan yang mampu mengurangi beban pencemaran akibat dari menurunnya nilai FCR dan efisiensi filtrasi dengan tumbuhan kangkung serta pengurangan jumlah pakan terbuang ke perairan dengan penggunaan kolam kedap penampung sisa pakan. Pengurangan beban fosfor dan bahan organik total sebagai akibat penurunan nilai FCR masingmasing sebesar 16,0 dan 30,8%. Filtrasi dengan tumbuhan kangkung dapat mengurangi beban P-PO4; BOT; NO2; dan NNO3 masing-masing sebesar 33,2; 31,2; 31,0; dan 40,3%. Laju pertumbuhan ikan nila yang dipelihara pada kolam KJA SMART adalah 1,6 g/hari dengan produktivitas sebesar 6 kali dari jumlah benih yang ditebar dan kelangsungan hidup sebesar 87%. 

  Kegiatan budidaya dengan keramba jaring apung (KJA) di perairan waduk dan danau telah berkembang pesat dan cenderung melebihi daya dukung perairan. Sisa pakan dan metabolisme ikan yang terbuang ke perairan menyebabkan degradasi kualitas air. Oleh karena itu perlu adanya suatu upaya mengurangi beban pencemaran yang berasal dari kegiatan budidaya yang dapat dilakukan dengan sistem budidaya KJA SMART. KJA SMART adalah sistem manajemen air dengan resirkulasi dan tanaman air sebagai inovasi KJA konvensional yang sudah ada. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menyajikan konstruksi KJA SMART sebagai teknologi budidaya ramah lingkungan serta mengestimasi pengurangan beban pencemaran bahan organik dan fosfor total (P) dengan penerapan sistem KJA SMART. 


Gambar KJA SMART

   Kegiatan budidaya merupakan pemanfaatan sekunder dari pembangunan waduk seperti juga perikanan tangkap dan wisata. Namun aktivitas budidaya di perairan waduk dan danau dianggap sebagai sumber pencemaran yang menyebabkan degradasi kualitas air. Dampak negatif dari kegiatan budidaya yang melebihi daya dukung adalah eutrofikasi atau penyuburan perairan. Eutrofikasi ditandai oleh penurunan kecerahan dan konsentrasi oksigen terlarut, meningkatnya konsentrasi nutrien nitrogen (N) dan fosfor (P). Kegiatan budidaya dapat menjadi alternatif alih profesi bagi masyarakat sekitar badan air yang terdampak pembangunan waduk. Sisa pakan dan metabolisme ikan merupakan sumber pencemaran nutrien dan bahan organik di perairan di mana kegiatan budidaya tersebut berlangsung, Dekomposisi bahan organik akan menyebabkan penurunan konsentrasi oksigen terlarut di perairan. Hal ini akan menyebabkan kematian massal ikan ketika terjadi pembalikan massa air (upwelling). Adanya pelarangan pemanfaatan waduk baru untuk kegiatan budidaya misalnya di Waduk Jatigede, Sumedang telah menimbulkan konflik sosial. Rencana pengurangan jumlah keramba jaring apung (KJA) di Waduk Kaskade Sungai Citarum dalam Program Citarum Harum juga menimbulkan keresahan bagi pembudidaya dan masyarakat sekitar. Pelarangan dan rasionalisasi kegiatan budidaya ikan di perairan danau atau waduk karena kegiatan tersebut dianggap sebagai sumber pencemaran yang menyebabkan penurunan kualitas air. Oleh karena itu perlu adanya suatu teknologi yang ramah lingkungan yang memungkinkan kegiatan budidaya tetap berlangsung namun tidak berdampak negatif terhadap perairan serta fungsi lain dari badan air sebagai penyedia air minum, pembangkit listrik serta sarana wisata. Beberapa inovasi teknologi KJA ramah lingkungan yang telah ada antara lain jaring ganda. KJA SMART menggabungkan teknik penampung pakan dengan bahan kedap air dan resirkulasi air yang juga dapat diaplikasikan pada jaring ganda.


2. Konstruksi KJA SMART 
        KJA SMART merupakan kombinasi antara kegiatan budidaya dan akuaponik yaitu sistem filtrasi air pada kegiatan budidaya dengan resirkulasi air dan tanaman. Konstruksi KJA SMART terdiri dari tiga bagian besar yaitu 1) kolam untuk pemeliharaan ikan dan kolam kedap sebagai penampung sisa pakan dan metabolisme ikan 2) torn penampung hasil penyedotan sisa pakan dan metabolisme ikan dari kolam pemeliharaan, dan 3) Filtrasi dengan menggunakan tumbuhan kangkung. Kolam pemeliharaan ikan pada KJA SMART terdiri dari tiga bagian yaitu kolam kedap bagian bawah yang terbuat dari geomembran dengan kedalaman 1,5 m kolam jaring dengan kedalaman 3,0 m dan lapisan kedap bagian atas yang terbuat dari terpal dengan kedalaman 0,5 m, KJA yang digunakan mempunyai ukuran panjang dan lebar masing-masing 6x6 m dengan kedalaman 4,5 m, Kolam geo membran dilengkapi dengan pengumpul sisa pakan dan metabolisme ikan berupa pipa PVC dengan ukuran panjang 50 cm dengan diameter 12 cm, Pengumpul sisa pakan akan mempermudah penyedotan sisa pakan yang terbuang serta hasil metabolisme ikan. Ukuran dimensi kolam pemeliharaan dan kolam kedap sebagai penampung sisa pakan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dari pembudidaya ikan.


 Gambar 1 Desain kolam pemeliharaan ikan pada KJA SMART

 Penampung sisa pakan atau metabolisme ikan dan pompa penyedot dihubungkan dengan pipa paralon 0,5 inci. Penyedotan sisa pakan dilakukan tiga hari sekali yang dialirkan ke dalam dua buah torn dengan volume 250 L sebagai wadah inkubasi.  Pada wadah inkubasi tersebut bahan organik akan terdekomposisi menjadi nutrien yang siap digunakan sebagai pupuk yang menjadi sumber nutrisi oleh tumbuhan. Torn penampung tersebut dilengkapi dengan saringan berbentuk silinder yang terbuat dari kain hapa berukuran pori 0,3 mm dengan diameter 30 cm dan tinggi 50 cm. Saringan tersebut berfungsi untuk memisahkan partikel kasar dan partikel yang tersuspensi. Partikel kasar yang tersaring akan diambil satu minggu sekali. Air dari torn penampung akan dialirkan ke akuaponik setelah inkubasi selama tiga hari dengan asumsi bahwa dekomposisi bahan organik menjadi nutrien mengikuti pola dekomposisi bahan organik pada BOD5 hari. Untuk mempercepat dekomposisi bahan organik pada bak penampung dimasukkan bioball.



Gambar 2 Bak penampung sebagai tempat dekomposisi bahan organik

Torn penampung diletakkan pada rak dengan ketinggian 2,0 m (Gambar 2 C) sehingga air dapat mengalir ke bagian akuaponik tanaman kangkung. Kecepatan aliran air ± 70 ml/menit dari torn dan pengaturan kecepatan aliran dilakukan dengan menggunakan kran. Sumber listrik yang digunakan untuk menjalankan pompa menggunakan listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara). Namun, sumber listrik dapat digantikan dengan listrik tenaga surya.


Gambar 3 Filtrasi menggunakan tanaman kangkung


    Akuaponik dengan tanaman kangkung sebagai filter yang menyerap nutrien hasil dekomposisi bahan organik. Komponen akuaponik terdiri dari pipa paralon berdiameter 4,0 inci dengan panjang 400 cm sebanyak tujuh buah yang disusun bertingkat (Gambar 4). Pada paralon tersebut diberi lubang dengan diameter 7,0 cm dan jarak antar lubang 12 cm. Media tanaman untuk kangkung adalah arang dan sekam yang dimasukkan ke dalam gelas plastik yang telah dilubangi. Sekam dan arang juga berfungsi sebagai penyaring nutrien.

 3. Komponen KJA SMART
  Komponen KJA SMART dapat diaplikasi untuk KJA konvensional yang banyak digunakan oleh pembudidaya di berbagai tempat sehingga menghemat biaya pembuatan. Kelengkapan tambahan yang diperlukan untuk memodifikasi kolam konvensional menjadi KJA SMART adalah kolam kedap bagian atas dan bawah, torn penampung, sarana filtrasi akuaponik, dan lahan basah. Hal ini akan mengefisienkan pendanaan dalam pembuatan KJA SMART. Penelitian KJA ramah lingkungan juga pernah dilakukan yaitu kolam yang dilengkapi dengan penampung sisa pakan (kapel) untuk kegiatan budidaya di Danau Maninjau, namun terjadi penyumbatan pada penampung pakan kain.  Produktivitas sistem kapel dan KJA SMART hampir sama yaitu biomassa panen yaitu tujuh dan enam kali dari jumlah benih yang ditebar, namun KJA SMART mempunyai tingkat kelangsungan hidup yang lebih baik. Penggunaan tumbuhan sebagai biofilter serta resirkulasi air pada kegiatan budidaya merupakan sistem budidaya ramah lingkungan.Biofilter dengan menggunakan tanaman kangkung merupakan metode yang efektif untuk mengurangi beban nutrien dari kegiatan budidaya.